Selain mental perokok ada juga sebagian besar mustahik yang sempat saya tangani, bermental konsumtive, berapapun uang yang di dapat akan cepat habis demi mengikuti keinginan konsimtivnya. Salah satu mustahik tersebut tinggal di Pal 5 Sui Jawi, pekerjaanya sebagai pemulung atau pengumpul barang bekas. Pada saat pertama ia datang ke kantor dengan berpakaian lusuh, sebagian juga sudah koyak, membawa sepeda engkol datang dengan raut muka memperihatinkan.Aku segera menghampiri ”assalamu’alaikum, selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu?” tanyaku menyapa.”begini pak saya mo minjam duit 5000,000,- saya lagi butuh benar”. Jawabnya dengan polos dan to the point.
Awalnya cukup aneh, mustahik tapi mintanya langsung lima juta, biasanya mustahik pinjam tidak sampai sebesar itu, pada saat saya telusuri lebih lanjut ternyata cukup logis kalau ia ingin pinjam duit sebesar itu. Selain mulung kerjaanya juga sebagai pengumpul barang bekas, itu artinya ia mempunyai karyawan. Duit pinjamanya tersebut untuk bayar karyawan.
Sama halnya dengan mustahik lainya kemudian aku bersamanya mulai berhitung, dari pemasukan sampai pengeluaran. Dari hasil perhitungan ternyata pemasukannya perbulan hingga sebesar Rp. 5 - 12 juta. Tak sadar akupun menghela nafas panjang seakan tidak percaya dan bergumam dalam hati ”siapa yang mustahik, siapa yang muzakki ya?” penghasilan sebesar itu masih minta bantuan. Makin penasaran aku di buatnya, akhirnya aku mencoba mengetahui untuk keperluan apa uangnya di gunakan.
Ia sosok pemulung yang tidak bisa baca tulis, dari hasil perhitungan ternyata, sebagian uangnya di tabung di CU Rp. 20 juta, tapi katanya tidak boleh di ambil, bisa jadi benar tapi bisa jadi salah, sebab latar belakangnya tidak bisa baca tulis artinya bisa jadi ia buta masalah tabungan di lembaga keuangan. Atau bisa jadi lembaga keuangan tersebut memanfaatkan kelemahanya, tapi yang jelas saya tidak tahu karena pada saat itu belum saya cek lebih lanjut. Selain uang yang di tabung, sisa uangnya di belikan HP mahal, selain itu juga ia membeli motor baru, tapi di pinjam temanya dan motor tersebut tidak kembali bersama surat-surat motor (di tipu kawan)
Pada intinya dari hasil perhitungan yang kami lakukan, sebagian besar pengeluaran hanya untuk konsumtif bukan produktive. Sehingga lembaga tidak meminjamkan uang kepadanya. Tetapi ada salah satu teman saya secara pribadi yang ingin berinvestasi ke pemulung tersebut. Kemudian aku serahkan ke teman yang ingin bekerja sama.
Dari hasil kerjasamanya saya mendengar setiap dua pekan teman saya di berikan bagi hasil 1 juta rupiah, hingga sampai lunas. Beberapa bulan kemudian saya mendengar ia ingin pinjam lagi uang 30 juta rupiah, teman saya sempat mencarikan uang yang di perlukanya hingga menghubungi BMT dan tidak mendapatkan hasil, kemudian ia berusaha meminjam ke beberapa Bank di Pontianak, di antaranya adalah BRI, Bank Kalbar Unit Pasar Mawar, Bank Kalbar syariah dan Bank Muamalat, tapi hasilnya tidak ia dapat, karena jenis usaha yang di jalankan tidak sesuai kriteria yang dinginkan Bank (jual barang bekas). Yang cukup mencengangkan di satu sisi pemulung tersebut mencari pinjaman sebesar 30 juta tetapi di lain sisi lagi-lagi ia kembali membeli dua sepeda motor baru. Padahal jika ia tidak membeli sepeda motor, setidaknya uang yang di butuhkan tersebut sudah hampir mencukupi, bahkan ia pun tidak harus mengembalikan.
Dalam hati saya berkata, aneh benar orang ini. ia butuh uang sebanyak itu, tapi uang yang sudah terkumpul di belikan dua sepeda motor baru. Padahal ia juga belum punya rumah sendiri (masih ngontrak). Karena pada saat saya survey di rumahnya ia ngontrak di rumah yang sangat sempit, kumuh dan nempel di belakang rumah utama.
Dari beberapa pengalaman, sebagian besar penyebab kemiskinan mereka adalah akibat salah kelola keuangan, atau bisa di bilang lebih mangutamakan konsumtive sesaat dari pada kebutuhan prodiuktive (walaupun tidak semua demikian, ada juga yang benar-benar mustahik). Yah.. Mental merekalah yang menyebabkan mereka begitu, sampai kapanpun ia sulit lepas dari kemiskinan jika mental-mental konsumtive tersebut tidak di rubah. Sebagian mental tersebut timbul akibat dari lemahnya tingkat pendidikan, sehingga ia sulit menghitung keluar masuknya uang, bahkan sering juga ia di tipu teman-temanya sendiri...kalau ada mustahik yang demikian pemberian uang bukanlah solusi, tapi sebenarnya pendidikan manajeman keuanganlah yang
0 comments:
Posting Komentar