Lantunan suara azan bersahutan terngiang di telinga, mengalahkan syair-syair lagu se seantero negeri, waktu menunjukkan pukul 15:10. suara itupun terus bergema, itu tanda saatnya melaksanakan sholat ashar, kewajiban umat islam temasuk dalam rukun Islam kedua.
Kamis Puku 16.00, atau mereka sering menyebutnya ba’da ashar, adalah waktu yang sudah di janjikan pertemuan dengan ibu-ibu dhuafa, tepatnya di Jl. Kesehatan, Gg. Sumber Agung 2, Pontianak Selatan. Setelah ashar berlalu sesegera mungkin ku stater kuda besiku yang cukup lama tertambat di depan masjid, setia menunggu majikanya.
Jalan Kesehatan, sering terlintas dalam benakku apakah jalan ini melambangkan para peghuninya pada sehat-sehat ya?, bisa saja si, karena aku juga tidak tahu sejarah mengapa jalan itu disebut jalan kesehatan. Lamunan itupun terus bergelayut mengiringi kendaraanku yang terus melaju dengan kecepatan sahaja. Arah motorku pun mendekati Gg. Sumber Agung 2 yang ku tuju. Embe’an suara kambing terdengar, seakan-akan menyambutku dengan sambuatan “Selamat datang”..sampailah aku di rumah kontrakan bu Syuhada..ia adalah salah satu ketua kelompok dhuafa yang kami dampingi.
“assalamu’alaikum?” ungkapku. Di dalam rumah terlihat sosok anak kecil yang tidak asing bagiku..
“om ibnu masuklah”. yah itulah suara anak bu suhada yang sudah akrab menyapaku. Aku segera masuk bersama dua mahasiswi magang dari Untan..setelah ketemu dengan ketua kelompok dan berbincang-bincang kecil..tergopoh-gopoh wanita setengah baya datang menemui kami, “mas, saya nggak bisa hadir di pertemuan ini, anak saya yang kecil sedang sakit ginjal, suami saya juga sakit tidak bisa buang air kecil (kencing melalui selang)”. Ujarnya mendahului perbincangan.
Seingat saya anak kecilnya adalah bocah yang kini berusi 10 tahun terserang penyakit aneh (gangguan saraf), tangan dan kakinya mungil, lunglai tinggal tulang yang terbalut kulit, jari tagannya sudah buntung tergigit oleh giginya yang tajam, bibir bagian bawah sudah habis tertelan, kepala miring, air liur melalui mulut terus bercucuran. Sipapun akan ibah jika memandangnya, bocah itu bernama Andi..
Relung hatiku yang paling dalam menjerit dan berkata.. ”Andi sakit apakah gerangan, begitu malangnya nasibmu”..bocah yang seharusnya bermain dan gembira bersama teman-temanya, kini tak berdaya menghadapi pahit getirnya kehidupan, selama 10 tahun ia terus terbaring di pangkuan kasih sayang ibunya.
Menurut penuturan ibunya, ia sakit semenjak berusia 8 bulan setelah terserang panas tinggi. Berarti genap sudah 9 tahun lebih andi menderita sakit tersebut..yang sangat mengejutkan lagi, selain penyakit yang bertahun-tahun ia alami, saat ini ia harus berurusan dengan Rumah Sakit. Hilir-mudik kesana kemari, karena mengindap pula penyakit ginjal..setelah melalui foto scan 5 kali, dokter menyatakan bahwa Andi positif terserang penyakit ginjal. ”inalillahi” selorohku.
Karena saya juga tidak terlalu tahu tentang penyakit ginjal, terawangan analisa dan ingatanku mulai bekerja. Pernah saya mendengar bahwa penyakit ginjal biasanya akibat banyak mengkonsumsi obat-obatan, yah..bisa saja. Sudah 9 tahun Andi terus di cekokin obat kimia untuk mengobati penyakit anehnya dan akhirya ginjalnya pun tidak berfungsi dengan baik, maka timbullah penyakit tersebut.
Nurhayati adalah nama ibu Andi ia termasuk binaan kami dalam program ekonomi roduktif untuk dhuafa yang saat ini baru berjalan sekitar 1 bulan lebih, ia bekerja membuka warung sembako yang isi warungnya sudah hampir habis.
”mengapa tidak di isi lagu bu?”.tanyaku.
”banyak yang hutang mas”.jawabnya dengan perasaan sedih.
Menurut penuturanya karena sering sekali di hutang tetangganya, terkadang dalam sehari ia hanya megantongi Rp.15000,- sampai-sampai belum sempat terputar sudah habis untuk makan..syukur saja karena ia punya keahlian menjahit sehingga tetangganya kadang-kadang memesan permak.. Untuk warungnya kami berharap supaya ibu andi lebih tegas kepada konsumen, agar tidak berhutang.
Suami bu yati bekerja sebagai supir oplet, sehari kerja sehari tidak artiya dalam sepekan hanya 4 hari bekerja, karena trayek jurusannya tidak ramai, seharian penuh ia hanya mendapatkan uang Rp.15000,- sampai Rp.30000,-..
Suami bu yati juga sedang mengalami sakit prostat (kencing menggunakan selang)..mau-tidah mau ia harus istirahat, maklum usianya juga sudah lanjut kurang lebih 65 tahun.
”ya Allah kuatkanlah mereka menghadapi cobaan ini” gumamku dalam hati.
Di akhir pertemuan, aku hanya bisa berpesan dan mendoakanya supaya beliau sabar mandapatkan ujian yang sedang menimpanya.
Ternyata lamunan awalku salah, Jalan kesehatan tidak serta merta mencerminkan manusia di dalamnya terjamin pula kesehatanya. Kami berharap semoga ada yang peduli membantunya baik pemeritah atau masyarakat umum..
0 comments:
Posting Komentar