Menguatnya sistem perekonomian ribawi saat ini tidak telepas dari peran lembaga keuangan syaria’ah yang masih belum bisa menembus masyarakat miskin yang kerap jadi korban oleh lintah darat tersebut. Selain itu banyak lentenir sudah menjelmah menjadi lembaga keuangan yang syah di negeri ini, baik dalam bentuk pinjaman keuangan proses cepat dengan jaminan surat-surat tertentu, ataupun koperasi berjalan dengan tetap menerapkan sisitem perekonomian (ribawi).
Saya sering menemui para korban atau nasabah koperasi berjalan, praktek yang di jalankan kepada nasabah sangat sederhana, jika bank menggunakan atministrasi yang rumit tetapi mereka tidaklah demikian, nasabah yang saya temui baik di area pontianak utara, pontianak timur maupun pontianak selatan, praktek yang di jalankan hampir sama.
Adapun gambaran praktek di lapangan di antaranya mereka meminjamkan uang sebesar Rp. 500,000,- di potong atministrasi sebesar Rp.50,000,- sehingga uang yang di berikan ke nasabah tinggal Rp.450,000,- tetapi di berikan pembungaan 20% dari Rp.500,000,- dan nasabah di bebankan perhari angsurang Rp.20,000,- selama 30 hari. Itu artinya para lentenir tersebut menerapkan bunga nasabah 20% lebih karena di tarik biaya atminstrasi Rp.50,000,-. Jadi total angsuran selama 30 hari Rp.650,000,-.
Kebanyakan lentenir berjalan tersebut mengarahkan pasarnya atau nasabahnya kepada orang-orang miskin yang mempunnyai usaha seperti penjual kue, gorengan, pedagang kaki lima dll.
Pada umumnya penghasila mereka tidaklah besar, di antaranya ada yang Rp. 20,000,- sampai 50,000,-perhari. Bagi yang pendapatannya Rp.50,000 mungkin mereka masih bisa mengkantongi uang Rp.30,000,- perhari, tetapi jika pendapatanya Rp.30,000,- bahkan kebawa, berarti perhari ia hanya mengantongi uang Rp10,000, bahkan Rp.0,- karena perharinya ia harus menyetor ke lentenir Rp.20,000,-. padahal pendapatan mereka fluktuative, sedangkan setoran mereka tetap harus Rp 20,000,- perhari. Untuk mensiasati kehabisan uang, para nasabah biasanya meminjam pada lentenir yang berbeda untuk membayar kekurangan lentenir pertama, terus berputar-putar, gali lubang tutup lubang, hingga benar-benar mencekik leher si nasabah. Hal ini saya temui di area Pontianak timur.
Menurut saya salah satu solusi pemangkasan sistem perekonomian lentenir (ribawi) tersebut ialah dengan, memasifkan lembaga keuangan syariah yang lebih berpihak kepada masyarakat miskin yang kerap jadi korban mereka, dengan mempermudah atministrasi sebagaimana yang di terapkan para lentenir tersebut. Tidak berbelit-belit, dan tatapi menerapkan inovasi yang lebih fleksibel.
0 comments:
Posting Komentar